TAUKID DAN BADAL( التوكيد و البدل)


.

Taukid

Arti Taukid
التوكيد تابع يذكر في الكلام لدفع توهم قد يحمله الكلام الي السامع
Taukid adalah : isim tabi’i (yang mengikuti kata sebelumnya baik rofa’, nashab maupun jar) dalam kalimat, dan berfungsi untuk mencegah keraguan yang kadang-kadang terjadi pada si pendengar. Atau definisi taukid menurut Muhammad bin Abdullah bin malik sebagai berikut:

Tabi' (lafazh yang mengikuti) yang berfungsi untuk melenyapkan anggapan lain yang berkaitan dengan lafazh yang di-taukid-kan.
Contoh:
Zaid telah datang sendiri.=
Lafazh berkedudukan sebagai taukid yang mengukuhkan makna Zaidun, sebab kalau tidak memakai , maka ada kemungkinan yang datang itu utusan Zaid, bukan Zaid-nya, dan sebagainya.
Perlu diketahui, bahwa taukid itu terbagi atas dua bagian yaitu:
1. Taukid ma’nawy, terbagi menjadi 2 macam pula ialah:
a. Ma’nawy hakeky ialah :
اّلِذى يَدُلُّ عَلَى اِثْبَاتِ الحَقِيْقَةِ وَرَفْعِ المَجَازِ
Artinya: kalimat yang menunjukan pengertian hakekat dan langkah majaz.
contohnya: جَاءَ زَيْدٌ َنَفْسُهُ
b. Ma’nawy lil-ihatoh, ialah :
الّذِى يَدُلُّ عَلَى الِاحَاطَةِ وَالشُّمُوْلِ
Artinya : kalimat yang menunjukan akan keseluruhan, bukan sebagian.
Contohnya : اِرْتَقَى التَّلاَمِيْذُ كُلُّهُمْ
2. Taukid lafzhy, ialah yang berulang-ulang,
وَمَا مِنْ التَوْكِيْدِ لَفْظِىٌ يَجِى مُكَرَرًا كَقَوْلِكَ ادْرُجِ اِدْرُجِ
Artinya: adapun taukid yang bersifat lafzhy, maka datangnya harus berulang-ulang seperti اُدْرُجِى اُدْرُجِى (masuk).
وَلَا تُعِدْ لَقْظَ ضَمِيْرِ مُتَصِىلْ اِلَآمَعَ الَّلفْظِ الَّذِى بِهِ وُصِلْ
Artinya: kamu jangan mengulangi domir muttasil, kecuali harus disertai lafazh yang ditempelinya. Seperti: رَغِبْتُ فِيْهِ فِيْهِ ، رَاَيْتُ اِيَّاكَ اِيَّاكَ

Taukid itu mengikuti kepada lafazh yang di-taukid-kan dalam hal rafa', nashab, khafadh dan ta'rif (ke-ma'rifat-an) nya.

Taukid itu dengan memakai lafazh-lafazh yang telah ditentukan, yaitu:
1. Lafazh nafsu (diri), seperti dalam contoh: (Zaid telah datang sendiri)
2. Lafazh 'ain (diri), seperti dalam contoh: (Zaid telah datang sendiri)
3. Lafazh kullu (semua), seperti dalam contoh: (kaum itu telah datang semuanya)
4. Lafazh ajma'u (seluruh), seperti dalam contoh: (kaum itu telah datang seluruhnya)
5. Lafazh yang mengikuti ajma'u, yaitu: akta'u, abta'u, absha'u (maknanya sama dengan ajma'u atau ajma'în), seperti dalam contoh berikut:

Faedah memakai lafazh-lafazh itu ialah, untuk menambah maksud taukid saja agar tidak diragukan.
Seperti perkataan:
Zaid telah berdiri sendiri =
aku telah melihat kaum itu semuanya =
aku telah bersua dengan seluruh kaum itu.=
keempat makna tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Taukid syumuli (لفض كل,لفض اجمع (
مَايَرْفَعُ تَوَهُمَ عَدَمِ اِرَادَةِ الشُمُوْلِ.
Artinya: taukid yang menghilangkan dari perasangka yang tidak ada maksud dari syumuli
Tujuan taukid syumuli
قَصْدُ الخُلُوْصُ مِنْ ظَنِّ الخُصُوْصُ
Artinya: bermaksud memurnikan dari sangkaan khusus.
Contoh:
: جَاءَ القَوْمُ كُلُّهُ, جَاءَ الرِّجَالُ كُلهُم(khusus untuk kalimat jama)كُلٌّ
: جَاءَ القَبِيْلَةُ جَمِيْعُهَا, جَاىَتِ الهِنْدَاتُ جَمِيْعُهُنَ (khusus untuk jama) جَمِيْع
جو : جَاءَ الزَيْدَان كِلاَ هُمَا, رَاَيْتُ الزَيْدَيْنِ كِليْهِمَا(khusus untuk kalimat tasniyah mudzakar)كِلَّا
جو : جَاىَتِ الهِنْدَانِ كِلْتَا هُمَا, رَاَيْتُ الهِنْدَيْنِ كِليْهِمَا(khusus untuk kalimat tasniyah muannas) كِلْتَا
Para ulama nahwu suka mentaukidkan setelah lafadz كل dari yang empat itu yaitu:
جو: جَاءَ القَوْمُ كُلُّهُ اَجْمَعJama pada ma’nanya, mufrad pada lafadznya (untuk jama mudzakar) اَجْمَعُ
Jama pada ma’nanya, mufrad pada lafadznya (untuk jama muannas) جَمْعَاءُ
جو: جَاىَتِ القَبِيْلَةُ كُلُّهَا جَمْعَاءُ
Jama pada ma’nanya bersamaan dengan lafadznya (untuk jama mudzakar) اَجْمَعُوْن
جو: جَاءَ الرِّجَالُ كُلُّهُمْ اَجْمَعُوْنَ
Jama pada ma’nanya bersamaan dengan lafadznya (untuk jama muannas)جُمَع
جو: جَاىَتِ الهِنْدَاتُ كُلّهُنَّ جُمَعُ
2. Taukid lidzati
مَا يَرْفَعُ تَوَهُّمَ مُضَىافٍ اِلىَ المُوَكَدِ
Artinya: yaitu taukid yang menghilangkan sangkaan ada isim yang di idofatkan ke muakadnya.
Tujuannya yaitu:
قَصْدُ الخُلُوْصِ مِنْ ظَنِّ المَجَازِ
Artinya: bermaksud memurnikan dari sangkaan majar.
Lafadz nafsu dan a’inun untuk mentaukidkan pada muakad yang mufrad dan jama.sehingga tidak ada bahasa tasniyyah, elatnya:
لَاِنَّ المَقْصُوْدَص بِالجَمْعِ هُنَامَا فَوْقَ الوَاحِدِ
Karena yang dimaksud dengan jama disini yaitu perkara yang lenih dari satu, jadi tasniyyah juga masuk pada jama.
Lafadz taukid selamanya wajib di idofatkan pada domir yang muthobaqoh dan muakadnya. Contoh:
جَاءَ زَيْدٌ نَفْسُهُ/عَيْنُهُ. رَاَيْتُ زَيْدًا نَفْسَهُ/عَيْنَهُ. مَرَرْتُ بِزَيْدٍ نَفْسِهِ/عَيْنِهِ.
جَاىَتْ هِنْدٌ نَفْسُهَا/عَيْنُهَا. رَاَيْتُ هِنْدًا نَفْسَهَا/عَيْنَهَا. مَرَرْتُ بِهِنْدٍ نَفْسِهَا/عَيْنِهَا.

Kata Nazhim:

Boleh pada isim dikukuhkan dan lafazh yang mengukuhkan harus mengikuti lafazh yang dikukuhkannya dalam semua bentuk i'rab dan ta'rif (ma'rifat)nya, tidak di-nakirah-kan karena ia terbebas dari lafazh yang mengukuhkan.

Lafazh taukid yang terkenal ada empat, yaitu: nafsu, 'ain, kullu dan ajma'u.

Selain lafazh itu adalah mengikuti ajma'u, yaitu akta'u, abta'u, dan absha'u,

Badal

Arti Badal
البدل هو تايدل على نفس المتبوع او جزء منه مثل: اصغيت الي الخطيب على : كرم الخليفة ها رون الرشيد العلماء
Artinya: badal (kata ganti) adalah isim tabi’ (kata yang mengikuti kata lain sebelumnya) yang digunakan sebagai kata ganti dari kata sebelumnya untuk menunjukan hakekat kata yang diikutinya atau menunjukan sebagai (maksud) dari kata yang diikutinya. misalnya

Tabi' (lafazh yang mengikuti) yang dimaksud dengan hukum tanpa memakai perantara antara ia dengan matbu'-nya.
Contoh:
Aku telah memakan roti itu sepertiganya (bukan semuanya) =
Maksudnya, roti yang dimakan itu hanya sepertiganya. Lafazh sepertiga itulah yang dimaksud dengan hukum (hukum makan). Lafazh sepertiga itu disebut badal (pengganti), sedangkan lafazh raghif (roti) disebut mubdal minhu (yang digantikan).
Contoh lainnya seperti:
Zaid telah datang pelayannya =
Maksudnya yang datang itu ialah pelayan Zaid, bukan Zaidnya.

Apabila isim diganti oleh isim atau fi'il diganti oleh fi'il, maka dalam hal seluruh i'rab-nya harus mengikuti mubdal minhu-nya.
Badal itu terbagi empat bagian, yaitu:
1. Badal syai minasy-syai, disebut juga badal kul minal kul adalah kata-kata pengganti yang mewakili seluruh makan kata yang digantinya; yakni menggalnti suatu kata dengan kata lain yang maknanya sama (badal yang cocok dan sesuai dengan mubdal minhu-nya dalam hal makna. Contoh:
كرم الخليفة ها رون الرشيد العلماء = Khalifah harun al-rasyid memuliakan para ulama
= Zaid telah datang, yakni saudaramu.
Lafazh saudaramu menjadi badal dari lafazh Zaid. Antara lafazh saudara dan Zaid itu cocok dan sesuai.
2. Badal ba'dh minal kul (badal sebagian dari semua),adalah kata-kata pengganti menunjukan sebagian makna kata yang digantinya. contoh:
= aku telah memakan roti, yakni sepertiganya.
Lafazh sepertiga itu merupakan sebagian dari roti.
3. Badal isytimal, yaitu lafazh yang mengandung makna bagian dari matbu'-nya, tetapi menyangkut masalah maknawi (bukan materi), contoh:
= Zaid telah bermanfaat bagiku yakni ilmunya.
Lafazh ilmunya tercakup oleh Zaid.
4. Badal ghalath atau badal keliru/ salah, yaitu badal yang tidak mempunyai maksud yang sama dengan matbu'-nya, tetapi yang dimaksud hanyalah badal. Hal ini dikatakan hanya karena kekeliruan atau kesalahan semata yang dilakukan oleh pembicara, setelah itu lalu ia menyebutkan mubdal minhu-nya. Contoh:
= Aku telah melihat Zaid yakni kuda.
Dalam contoh tadi Anda ingin mengucapkan (bahwa Anda telah melihat) kuda, akan tetapi Anda keliru (dalam ucapan karena menyebutkan Zaid) lalu Anda mengganti lafazh Zaid itu dengan kuda. Maksud yang sebenarnya adalah:
= aku telah melihat kuda,
Kata nazhim:

Bilamana isim atau fi'il mengikuti (menyertai) lafazh yang semisalnya dan hukum (perkataan itu) untuk lafazh yang kedua (badal) serta terbebas dari huruf 'athaf, maka jadikanlah dalam hal i'rab-nya sepefti lafazh yang pertama dengan lafazh badal sebagai julukannya.

Yaitu lafadh kullu (semua), ba'dhu (sebagian), isytimal (mencakup), dan ghalath (salah atau keliru), demikian pula badal idhrab. Dan dengan yang kelima ini berarti tepat.
5. Badal idhrab ialah:

Bermaksud menyebutkan lafazh (gagasan) yang pertama, lalu setelah memberitakannya timbul baginya untuk memberitakan lafazh (gagasan) yang kedua.
Contoh:
= aku telah mengendarai sepeda, bahkan mobil.
Pada mulanya dimaksudkan untuk memberitakan telah mengendarai sepeda, lalu disusul dengan pemberitahuan mengendarai mobil. Badal idhrab ini hampir sama dengan badal ghalath, hanya saja badal idhrab ini bukan karena kesalahan atau kekeliruan, melainkan karena timbul pikiran (gagasan) baru yang dianggap lebih penting.

5 Responses to “TAUKID DAN BADAL( التوكيد و البدل)”

Your Reply